Hasil Riset Pengobatan Dasar menyebutkan, sekitar 56% masyarakat Indonesia pernah mengkonsumsi obat herbal. Dari sebanyak itu, 95 % mengatakan bahwa mereka merasakan manfaatnya. Dari tahun ke tahun pasaran obat Herbalpun terus tumbuh seiring kepercayaan masyarakat. Mereka menilai, secara umum obat herbal lebih aman dari obat modern/ sintetis. Hal ini disebabkan karena memiliki efek samping yang lebih sedikit. Efek samping obat herbal relatif lebih kecil jika digunakan secara tepat. Berikut 7 jurus Ampuh dalam pengobatan herbal agar tercapai efektifitas dan kesembuhan/ efek terapi yang diinginkan:
1. Ketepatan Bahan. Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesiaes yang kadangkala sulit untuk dibedakan satu sama lain. Ada sekitar 400 ribu spesies yang mempunyai potensi. Sebanyak 90 ribu digunakan dalam pengobatan, dan 400 dimanfaatkan untuk pengobatan. Ketepatan bahan menentukan tercapai tidaknya efek terapi yang diinginkan.
2. Ketepatan Dosis. Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi seperti halnya obat dari resep dokter. Buah Mahkota Dewa misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa memberikan efek terapi, sedangkan berlebih bisa menjadi racun.
3. Ketepatan Waktu Penggunaan. Sebagai contoh Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun temurun dikonsumsi dalam jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan. Tetapi jika diminum pada masa awal kehamilan beresiko menyebabkan keguguran.
4. Ketepatan Cara Penggunaan. Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contohnya daun kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika di seduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan/ mabuk.
5. Ketepatan Telaah Informasi. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi membahayakan. Pare mengandung alfa-momorchorin, beta-momorchorin dan MAP30 (Momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIV?AIDS. Akan tetapi biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas anti spermatozoa, sehingga penggunaan biji pare secara tradisional dengan maksud untuk mencegah HIV dapat mengakibatkan infertilitas pada pria.
6. Tanpa Penyalahgunaan. Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah didapat karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat tanaman obat maupun obat tradisional tersebut
7. Ketepatan Pemilihan Obat Untuk Indikasi Tertentu. dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berkhasiat dalam terapi. rasi antara keberhasilan terapi dan efek samping yang harus ditimbulkan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis obat yang akan digunakan dalam terapi. Contoh, daun tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes. Akan tetapi daun tapak dara guga mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih) hingga 30%, akibatnya penderita rentan terhadap penyakit infeksi.
Demikanlah 7 jurus ampuh dalam menggunakan obat herbal dalam pengobatan. Disamping itu, bila anda menggunakan obat herbal dalam sediaan/ kemasan obat, tentu hendaknya memperhatikan juga beberapa hal penting apakah obat herbal itu sudah diproses sesuai CPOB/GMP, ijin dari dinas terkait seperti ijin BPOM, ijin MUI, tulisan di kemasan: Komposisi, expirated date (kadaluarsa), dan cara penyimpanan.
Sumber : http://pondokherbalpekanbaru.com/7-jurus-ampuh-pengobatan-herbal/
1. Ketepatan Bahan. Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesiaes yang kadangkala sulit untuk dibedakan satu sama lain. Ada sekitar 400 ribu spesies yang mempunyai potensi. Sebanyak 90 ribu digunakan dalam pengobatan, dan 400 dimanfaatkan untuk pengobatan. Ketepatan bahan menentukan tercapai tidaknya efek terapi yang diinginkan.
2. Ketepatan Dosis. Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi seperti halnya obat dari resep dokter. Buah Mahkota Dewa misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa memberikan efek terapi, sedangkan berlebih bisa menjadi racun.
3. Ketepatan Waktu Penggunaan. Sebagai contoh Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun temurun dikonsumsi dalam jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan. Tetapi jika diminum pada masa awal kehamilan beresiko menyebabkan keguguran.
4. Ketepatan Cara Penggunaan. Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contohnya daun kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika di seduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan/ mabuk.
5. Ketepatan Telaah Informasi. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi membahayakan. Pare mengandung alfa-momorchorin, beta-momorchorin dan MAP30 (Momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIV?AIDS. Akan tetapi biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas anti spermatozoa, sehingga penggunaan biji pare secara tradisional dengan maksud untuk mencegah HIV dapat mengakibatkan infertilitas pada pria.
6. Tanpa Penyalahgunaan. Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah didapat karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat tanaman obat maupun obat tradisional tersebut
7. Ketepatan Pemilihan Obat Untuk Indikasi Tertentu. dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berkhasiat dalam terapi. rasi antara keberhasilan terapi dan efek samping yang harus ditimbulkan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis obat yang akan digunakan dalam terapi. Contoh, daun tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes. Akan tetapi daun tapak dara guga mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih) hingga 30%, akibatnya penderita rentan terhadap penyakit infeksi.
Demikanlah 7 jurus ampuh dalam menggunakan obat herbal dalam pengobatan. Disamping itu, bila anda menggunakan obat herbal dalam sediaan/ kemasan obat, tentu hendaknya memperhatikan juga beberapa hal penting apakah obat herbal itu sudah diproses sesuai CPOB/GMP, ijin dari dinas terkait seperti ijin BPOM, ijin MUI, tulisan di kemasan: Komposisi, expirated date (kadaluarsa), dan cara penyimpanan.
Sumber : http://pondokherbalpekanbaru.com/7-jurus-ampuh-pengobatan-herbal/